(Foto: ist)
Mantan Bupati Purwakarta ini juga memberi tanggapan khusus soal permintaan Rafathar kepada dirinya. Ia menilai bahwa keberadaan gadget memang menjadi tantangan tersendiri dalam kehidupan keluarga masa kini.
Dedi juga menyebutkan, setiap keluarga bisa menjadikan fenomena ini sebagai bahan evaluasi, termasuk untuk dirinya sendiri sebagai seorang ayah.
"Rafathar takut mamanya main HP, saya juga sering diingatkan anak saya supaya jangan sering main HP. Ini sebenarnya mengingatkan kita semua bahwa waktu bersama keluarga sangat berharga," ungkap Dedi.
Menurut Dedi, yang terpenting dalam menyikapi tren seperti ini adalah adanya kesadaran dari orang tua untuk memberikan waktu berkualitas pada anak-anak mereka.
Dedi berharap, kemunculan ‘dediphobia’ bisa menjadi momentum untuk mempererat hubungan keluarga, bukan justru menimbulkan jarak. Ia menyampaikan, “Saya pikir dengan begini, kita semua diingatkan sama anak-anak, bahwa komunikasi di keluarga itu penting dan harus dijaga.”
Tak berhenti di situ, tren ‘dediphobia’ semakin luas mencuri perhatian masyarakat, dengan banyaknya orang tua dan anak yang turut membuat konten serupa. Di media sosial, banyak warganet menanggapi fenomena ini dengan ragam komentar, mulai dari lucu hingga reflektif.
Beberapa mengaku relate, ada juga yang mengingatkan agar fenomena ini tidak sekadar menjadi hiburan, tetapi bisa dimaknai sebagai pengingat pentingnya kedekatan keluarga di tengah derasnya arus digitalisasi.