Slank merilis album baru yang ke-23 berjudul Slanking Forever. [Revi C Rantung/Suara.com]
“Kalau mau bertahan hidup di musik, harus aktif di banyak hal, jangan berharap dari royalti saja,” lanjutnya.
Meskipun begitu, Slank tak segan menegaskan bahwa semangat mereka dalam bermusik bukan semata-mata karena materi. Mereka mengaku lebih mengedepankan idealisme dan keinginan untuk terus berkarya demi generasi penerus.
“Kami ingin tetap berkarya, menginspirasi generasi muda, dan terus membawa pesan positif lewat musik,” tukas Bimbim.
Pernyataan Slank ini sekaligus menjadi refleksi bagi para musisi muda maupun pihak yang berkepentingan di industri musik. Dibutuhkan sistem yang lebih baik untuk memastikan hak cipta dan royalti seniman benar-benar terjamin.
“Harapan kami, ke depan ada perubahan besar agar musisi benar-benar dihargai, termasuk dari sisi pendapatan royalti,” ujar Bimbim menutup perbincangan.
Pengakuan jujur Slank ini pun sontak memicu diskusi hangat di kalangan netizen dan pemangku kepentingan musik Indonesia. Tidak sedikit yang mendorong pemerintah dan asosiasi terkait untuk lebih serius membenahi sistem royalti demi kesejahteraan pelaku industri musik tanah air.
Kisah Slank menjadi gambaran bahwa di balik kemewahan panggung dan popularitas, musisi tetap membutuhkan dukungan nyata secara sistem untuk bisa terus berkarya dan bertahan hidup di industri yang penuh tantangan ini.