Direktur Utama PT Kereta Cepat Indonesia China (KCIC) Dwiyana Slamet Riyadi menjadi pembicara dalam Kongres Global ke-12 Kereta Cepat di Beijing, Selasa (8/7/2025). (ANTARA/Desca Lidya Natalia)
“Sekarang Indonesia adalah negara kedua yang memiliki kereta api cepat dengan kecepatan 350 km per jam setelah China,” ungkapnya.
Meski demikian, Dwiyana mengingatkan bahwa pengembangan moda transportasi ini memerlukan dukungan kuat dari pemerintah karena tingginya kebutuhan investasi.
Ia menyebutkan, rencana proyek kereta cepat Jakarta-Surabaya masih dalam tahap studi awal.
“Masih preliminary study, masih jauh, kecuali kalau pemerintah mendorong untuk pengerjaannya, kita tidak tahu 3 atau 5 tahun ke depan,” jelasnya.
Proyek Whoosh sendiri menelan investasi hingga 7,2 miliar dolar AS atau sekitar Rp110,16 triliun, mengalami pembengkakan dari rencana awal sebesar 6 miliar dolar AS.
Kelebihan biaya sebesar 1,2 miliar dolar AS akan ditanggung oleh konsorsium Indonesia (60 persen) dan China (40 persen).
Dalam presentasinya di seminar, Dwiyana menyebut proyek Whoosh memiliki tingkat Internal Rate of Return (IRR) sebesar 12 persen.
Hal ini diamini oleh Kepala Pejabat Risiko Bank Ekspor-Impor China, Li Zhongyuan. “Nilai IRR kereta cepat Jakarta-Bandung yang mencapai 12 persen menarik karena mencerminkan proyek tersebut memiliki nilai ekonomi dan strategi yang kuat untuk tahap awal,” ujarnya.