Anggota DPR Desak KPU Evaluasi Verifikasi Pencalonan Buntut Kasus Ijazah Palsu

Anggota Komisi II DPR RI, Muhammad Khozin, mendesak Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mengevaluasi proses verifikasi persyaratan calon kepala daerah. Hal ini merespons penetapan Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Hellyana, sebagai tersangka da

Elara | MataMata.com
Selasa, 23 Desember 2025 | 17:15 WIB
Anggota Komisi II DPR RI Muhammad Khozin. ANTARA/HO-DPR RI/am.

Anggota Komisi II DPR RI Muhammad Khozin. ANTARA/HO-DPR RI/am.

Matamata.com - Anggota Komisi II DPR RI, Muhammad Khozin, mendesak Komisi Pemilihan Umum (KPU) untuk mengevaluasi proses verifikasi persyaratan calon kepala daerah. Hal ini merespons penetapan Wakil Gubernur Kepulauan Bangka Belitung, Hellyana, sebagai tersangka dalam kasus dugaan penggunaan ijazah palsu.

Khozin menyoroti bahwa persoalan serupa tidak hanya terjadi di Bangka Belitung, tetapi juga mewarnai Pilkada 2024 hingga memicu Pemungutan Suara Ulang (PSU) di Kota Palopo, Sulawesi Selatan, dan Kabupaten Pesawaran, Lampung.

"KPU mesti melakukan pemetaan persoalan ijazah palsu di Palopo, Pesawaran, dan Babel agar ke depan tidak terulang kembali,” ujar Khozin dalam keterangan tertulisnya, Selasa (23/12).

Secara normatif, Khozin memaparkan bahwa ijazah merupakan syarat mutlak calon kepala daerah sebagaimana diatur dalam Pasal 7 ayat (2) huruf c UU Nomor 10 Tahun 2016 tentang Pilkada. Selain itu, Pasal 45 ayat (2) huruf d angka 1 pada UU yang sama juga mewajibkan lampiran fotokopi ijazah yang telah dilegalisir.

Meskipun mekanisme verifikasi administrasi telah diatur secara detail dalam Pasal 112-119 Peraturan KPU Nomor 8 Tahun 2024, Khozin menilai munculnya kasus-kasus ini menunjukkan perlunya perbaikan sistemik.

"Namun, munculnya kasus ijazah palsu ini mesti menjadi evaluasi di internal KPU," tegasnya.

Sebelumnya, Dittipidum Bareskrim Polri resmi menetapkan Wagub Bangka Belitung, Hellyana, sebagai tersangka. Berdasarkan surat penetapan tersangka, ia diduga melakukan tindak pidana pemalsuan surat, pemalsuan akta autentik, dan/atau penggunaan gelar akademik yang tidak benar.

Atas perbuatannya, Hellyana disangkakan Pasal 263 dan Pasal 264 KUHP, serta Pasal 93 UU Nomor 12 Tahun 2012 tentang Pendidikan Tinggi dan Pasal 69 UU Nomor 20 Tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional. (Antara)

×
Zoomed
Berita Terkait TERKINI

Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman menegaskan bahwa pelaku UMKM yang telah mengadopsi sis...

news | 18:33 WIB

Kapolri Jenderal Pol. Listyo Sigit Prabowo meminta Barisan Ansor Serbaguna (Banser) untuk meningkatkan kesiapsiagaan men...

news | 18:12 WIB

Wakil Presiden ke-13 RI, Maruf Amin, secara resmi mengajukan surat pengunduran diri dari jabatan Ketua Dewan Pertimbanga...

news | 16:15 WIB

Kementerian Lingkungan Hidup (KLH) melakukan audit lingkungan terhadap lebih dari 100 unit usaha di Provinsi Aceh, Sumat...

news | 15:00 WIB

Lembaga Ketahanan Nasional Republik Indonesia (Lemhannas RI) bekerja sama dengan Alumni P4N 63 Lemhannas RI, TNI Angkata...

news | 11:00 WIB

Penasihat hukum Nadiem Anwar Makarim, Dodi Abdulkadir, menyebut kliennya hingga kini masih menjalani perawatan dan pemul...

news | 10:00 WIB

Kementerian Pemuda dan Olahraga (Kemenpora) memastikan bonus bagi atlet peraih medali pada SEA Games 2025 di Thailand ak...

news | 09:00 WIB

Direktur Utama Perum Bulog Ahmad Rizal Ramdhani menyampaikan proyek pembangunan 100 gudang baru kini telah memasuki taha...

news | 08:15 WIB

Menteri Pertanian (Mentan) Andi Amran Sulaiman memastikan penanganan cepat terhadap sawah terdampak banjir di Aceh agar ...

news | 07:00 WIB

Badan Pengelola Investasi Daya Anagata Nusantara (Danantara Indonesia) melalui Danantara Investment Management (DIM) men...

news | 19:51 WIB