Forestry Minister Raja Juli Antoni (right) fuels a vehicle with bioethanol during the inauguration of the Aren-based Bioethanol Pilot Project in Kamojang, Bandung District, West Java, on Wednesday, Nov. 19, 2025. /ANTARA/Feri Purnama.
Matamata.com - Pemerintah Indonesia meresmikan pembangunan pabrik percontohan bioetanol berbahan baku aren di Kamojang, Kabupaten Bandung, yang diproyeksikan mulai beroperasi pada pertengahan 2026. Informasi tersebut disampaikan Kementerian Kehutanan pada Rabu (19/11).
Menteri Kehutanan Raja Juli Antoni menyatakan bahwa proyek ini sejalan dengan visi Presiden Prabowo Subianto untuk memperkuat kemandirian energi nasional. "Peletakan batu pertama sudah dimulai," ujarnya dalam acara peresmian.
Pembangunan fasilitas ini merupakan kolaborasi lintas lembaga yang melibatkan Kementerian Kehutanan, Pertamina, Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral, Kementerian Investasi, serta Badan Riset dan Inovasi Nasional (BRIN).
Antoni menegaskan bahwa Indonesia memiliki peluang besar dalam pengembangan bioetanol, mengingat pohon aren sejak lama dikenal sebagai “harta karun” sumber daya dalam negeri. Ia menambahkan bahwa pabrik percontohan tersebut akan menjadi bukti konsep untuk pengembangan energi terbarukan di Tanah Air.
Produksi bioetanol ditargetkan mulai berjalan pada April atau Mei 2026 dengan memanfaatkan aren lokal. Pada fase awal, distribusi akan difokuskan untuk kebutuhan skala kecil di Kabupaten Garut sebelum diperluas ke daerah lain.
"Pada pertengahan 2026, etanol akan diproduksi dan didistribusikan melalui Pertamina Patra Niaga ke SPBU di sekitar Garut, kemudian diperluas ke wilayah yang lebih luas," kata Antoni.
Direktur Utama Energi Baru dan Terbarukan PT Pertamina (Persero) John Anis menambahkan bahwa kapasitas awal pabrik ditetapkan sebesar 300 liter per hari, dan secara bertahap akan ditingkatkan hingga mencapai 30.000 kiloliter per tahun.
Inisiatif bioetanol ini menjadi bagian dari strategi transisi energi nasional yang bertujuan mengurangi ketergantungan pada bahan bakar fosil, sekaligus mendorong pertumbuhan industri berbasis pertanian dan pembangunan ekonomi berkelanjutan.
Pabrik percontohan Kamojang juga menjadi bagian dari upaya pemerintah mengeksplorasi sumber biofuel dari bahan baku lokal, yang berpotensi memperkuat posisi Indonesia sebagai salah satu produsen bioetanol terkemuka di kawasan.
Sebelumnya, Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmennya untuk menekan ketergantungan impor energi dan mempercepat upaya menuju kemandirian energi nasional. Pernyataan itu ia sampaikan saat membuka Konvensi dan Pameran Tahunan Indonesian Petroleum Association (IPA) ke-49 di Tangerang, Banten, pada 21 Mei 2025.
Baca Juga: Danantara Yakin Investasi Indonesia Melonjak pada 2026 Berkat Transformasi Fundamental
Prabowo menyoroti besarnya nilai impor energi yang membebani anggaran negara. Pada 2024, Indonesia menghabiskan USD40,4 miliar atau sekitar Rp662,73 triliun untuk impor bahan bakar minyak, ditambah impor LPG senilai Rp58 triliun.
"Kita menghabiskan hampir $40 miliar setiap tahun, yang seharusnya dapat mendukung rakyat kita di sektor-sektor strategis seperti pendidikan, layanan kesehatan, dan pengentasan kemiskinan. Ini adalah potensi yang harus kita manfaatkan," ujar Prabowo. (Antara)