(Foto: Ist)
Matamata.com - Kabar duka menyelimuti Yogyakarta dengan berpulangnya Hamzah Sulaeman, sosok yang lekat dengan karakter Raminten sekaligus tokoh pengusaha dan seniman pelestari budaya.
Hamzah Sulaeman wafat pada Kamis (24/4/2025) pagi pukul 06.32 WIB dalam usia 57 tahun di Rumah Sakit Panti Rapih Yogyakarta. Kabar mengenai kepergiannya telah dikonfirmasi oleh pihak keluarga dan beredar luas di berbagai media serta jejaring sosial, mengundang belasungkawa masyarakat luas.
Hamzah Sulaeman, yang lebih dikenal sebagai Raminten, merupakan figur yang sangat berpengaruh di kalangan pengusaha, seniman, dan masyarakat Yogyakarta.
Tidak hanya dikenal sebagai pemilik dan pendiri usaha kuliner populer House of Raminten, ia juga berperan aktif dalam pelestarian nilai-nilai budaya Jawa melalui berbagai karyanya.
Hamzah dikenal dengan penampilannya yang khas, memperagakan karakter Raminten dengan busana tradisional dan gaya bicara yang sederhana, merakyat, dan penuh humor.
“Beliau adalah ikon budaya Yogyakarta, seorang pelaku usaha kreatif sekaligus seniman yang sangat berdedikasi dalam memperkenalkan dan membesarkan warisan budaya Jawa, khususnya di bidang kuliner dan seni pertunjukan,” ungkap salah satu sahabat dekat Hamzah, seperti dikutip Harian Jogja.
Keberadaan Hamzah Sulaeman telah membawa udara segar dalam dunia bisnis kuliner di Yogyakarta. Konsep unik yang ia tawarkan lewat House of Raminten menghadirkan wisata kuliner dengan nuansa tradisional Jawa yang kental, mulai dari desain bangunan, cara penyajian makanan, hingga musik pengiring yang memanjakan para pengunjung dari berbagai daerah dan mancanegara.

Ia dikenal sebagai sosok yang murah senyum dan selalu menerima siapa pun yang datang ke rumah makannya dengan tangan terbuka.
Tak berhenti pada usaha kuliner semata, Hamzah juga aktif terlibat sebagai pelaku seni pertunjukan. Ia kerap tampil dalam berbagai acara budaya, menjadi pembicara sekaligus motivator bagi generasi muda pelaku bisnis kreatif di Yogyakarta.
Bentuk kepeduliannya terhadap seni dan budaya diungkapkan melalui partisipasi langsung dalam berbagai agenda kebudayaan serta kegiatan sosial.
“Almarhum sosok yang sangat peduli pada pelestarian budaya, cita-citanya adalah agar Yogyakarta tetap jadi kota budaya yang penuh toleransi dan kehidupan yang harmonis," tutur salah satu rekan seniman, seperti dikutip Kompas.id.
Kehilangan Hamzah Sulaeman turut dirasakan oleh berbagai kalangan, tidak hanya pegiat seni dan pengusaha melainkan juga masyarakat umum. Pejabat, rekan bisnis, teman seprofesi, bahkan pelanggan setia House of Raminten berbondong-bondong menyampaikan duka cita dan penghargaan atas dedikasi almarhum selama ini.
Berita kepergiannya seketika menjadi viral dan menimbulkan gelombang belasungkawa di media sosial.
Jenazah Hamzah Sulaeman dimakamkan pada hari yang sama secara sederhana dengan penghormatan dari keluarga, rekan kerja, dan masyarakat. Doa dan kenangan baik pun terus mengalir mengenang sosok yang telah berjasa menjaga identitas dan keberagaman budaya Yogyakarta ini.
Bagi banyak pihak, figur Raminten melekat erat sebagai inspirasi dalam inovasi usaha sekaligus penguatan jati diri budaya. Semangat kreatif, totalitas, dan kepedulian yang dihidupkan Hamzah Sulaeman menjadi warisan berharga bukan hanya bagi keluarganya, tapi juga bagi masyarakat Yogyakarta dan Indonesia. “Beliau tak hanya menginspirasi lewat bisnis, tetapi juga menanamkan pentingnya merawat kebudayaan di tengah modernisasi. Kehilangan ini sangat besar,” tutup seorang tokoh pelestari budaya yang turut hadir mengantarkan almarhum ke peristirahatan terakhir.
Kepergian Hamzah Sulaeman meninggalkan duka sekaligus pesan penting: menjaga serta merayakan keberagaman dan tradisi adalah hadiah terbaik untuk generasi mendatang. Selamat jalan, Raminten. Yogyakarta dan Indonesia mengenangmu sebagai pelestari budaya sejati.