Presiden Prabowo Subianto dan Presiden Brasil Lula da Silva bersalaman dalam sesi keterangan bersama pertemuan bilateral kedua negara di Istana Planalto, Brasília, Rabu (9/7/2025). (ANTARA/Andi Firdaus)
Matamata.com - Presiden Republik Indonesia, Prabowo Subianto, secara terbuka mengakui bahwa Program Makan Bergizi Gratis (MBG) yang mulai diluncurkan pada 6 Januari 2025 merupakan hasil adopsi langsung dari Program Makanan Sekolah Nasional Brasil (PNAE).
"Kami menjadikan program PNAE sebagai role model bagi program makan siang gratis bagi anak-anak dan ibu hamil di Indonesia," ujar Prabowo saat konferensi pers bersama Presiden Brasil Luiz Inácio Lula da Silva di Istana Planalto, Brasília, Rabu (9/7).
Program MBG menargetkan 82,9 juta penerima manfaat per hari hingga akhir 2025. Inisiatif ini juga menjadi bagian dari kerja sama bilateral Indonesia-Brasil dalam memerangi kelaparan dan malnutrisi global.
Presiden Brasil, Lula da Silva, memberikan dukungan penuh terhadap MBG melalui kolaborasi dengan Aliansi Global Melawan Kelaparan dan Kemiskinan. Aliansi ini dibentuk saat Brasil memimpin G20 tahun 2023, dengan pendekatan berbasis investasi dari donor yang diarahkan untuk memberi dampak maksimal.
Aliansi tersebut berperan sebagai fasilitator netral dalam mempertemukan negara mitra, donor, dan ahli, serta menyediakan pendanaan dan pengetahuan. Sistem data terpadu yang dimiliki aliansi ini juga membantu efisiensi pelaksanaan program dan pencocokan kebutuhan lapangan dengan sumber daya yang tersedia.
Presiden Lula memuji MBG sebagai salah satu inisiatif makan sekolah terbesar di dunia dan menyebut program itu selaras dengan misi Brasil dalam forum G20. Negara tersebut pun siap berbagi pengalaman dari pelaksanaan PNAE, yang sudah berjalan selama tujuh dekade dan melayani sekitar 40 juta siswa di lebih dari 155 ribu sekolah, dengan anggaran Rp16,3 triliun pada 2024—hanya seperempat dari anggaran MBG Indonesia yang mencapai Rp71 triliun tahun ini.
PNAE mewajibkan 30 persen dari dana program digunakan untuk membeli produk pangan dari petani lokal. Model desentralisasi ini tidak hanya memotong rantai distribusi, tetapi juga mengurangi biaya dan memperkuat ekonomi komunitas.
Sebagai contoh, media Brasil G1 mencatat bahwa Provinsi Rondônia menerima anggaran setara Rp70 miliar untuk makanan sekolah pada paruh pertama 2023, menjangkau lebih dari 363 ribu siswa di lebih dari 1.000 sekolah.
Di Kota Santarém, Pará, implementasi PNAE dilakukan oleh tim Koordinasi Produksi Keluarga (Ciprof). Mereka memverifikasi kapasitas produksi petani lokal dan memastikan pasokan bahan makanan ke sekolah negeri. Menurut Koordinator Ciprof, Thiago Oliveira, “tujuan utama dari kegiatan ini adalah agar lebih banyak petani lokal ikut dalam program makan sekolah, sekaligus memperkuat pertanian keluarga dan menghadirkan makanan sehat bagi para siswa.”
Petani Mauro Pereira, dari komunitas Mentai, menjadi salah satu yang terlibat. Ia menanam jenis kacang manteiguinha, yang dikenal cepat matang dan berasa khas.
Baca Juga: Aset Tetap Otorita IKN Capai Rp1,4 Triliun, Anggaran 2024 Terserap 93 Persen
Di Indonesia, Badan Gizi Nasional (BGN) terus memperluas cakupan MBG melalui peningkatan jumlah Satuan Pelayanan Pemenuhan Gizi (SPPG). Hingga awal Juli, penerima MBG hampir mencapai 7 juta orang, melampaui total populasi Singapura.
Kini terdapat 1.873 unit SPPG aktif, dan 473 unit tambahan akan segera beroperasi, melebihi target awal 1.994 unit. Penambahan ini turut menyerap hampir 100 ribu tenaga kerja langsung, serta melibatkan 10 ribu UMKM, koperasi, dan BUMDes sebagai mitra penyedia bahan baku.
BGN menargetkan 8.000 SPPG aktif pada Agustus 2025 yang akan melayani 24 juta penerima. Program MBG dirancang menyeluruh—menggabungkan aspek pendidikan, kesehatan, dan perlindungan sosial. Selain menyediakan makanan sehat, MBG mendorong penggunaan pangan lokal, penguatan ekonomi desa, dan peningkatan kualitas pembelajaran.
MBG juga melibatkan kebun sekolah, promosi pola makan sehat, serta penyediaan air bersih dan sanitasi (WASH). Penargetan dilakukan secara universal, geografis, dan individual, untuk menjangkau kelompok paling rentan.
Sebagaimana PNAE di Brasil, MBG di Indonesia diharapkan menjadi bagian penting dari transformasi sistem pangan nasional dan strategi pembangunan manusia jangka panjang. (Antara)