Menteri Agama Nasaruddin Umar . ANTARA/Rio Feisal/pri.
Matamata.com - Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak umat Islam untuk memaknai peristiwa hijrah Nabi Muhammad SAW bukan sekadar sebagai perpindahan tempat, melainkan sebagai perubahan fundamental dari kondisi gelap menuju terang.
“Hakikat hijrah bukan hanya berpindah secara fisik, tapi juga berpindah arah kehidupan—dari stagnasi menuju pertumbuhan, dari rutinitas biasa menuju kontribusi luar biasa,” ujar Menag di Jakarta, Kamis (26/6).
Mengutip Surah At-Taubah ayat 20, Menag menekankan pentingnya berhijrah secara spiritual dan sosial. Ia mengajak masyarakat untuk merefleksikan sejauh mana ajaran Islam diterapkan secara nyata, bukan hanya tertera di kartu identitas.
"Tahun Baru Islam hadir bukan dengan pesta, tapi dalam keheningan, zikir, dan perenungan. Dari sunyi itu, sering lahir perubahan besar,” tuturnya.
Menag juga menyoroti ragam tradisi lokal dalam menyambut Muharam, seperti Tabuik di Pariaman dan Grebeg Suro di Jawa, sebagai bukti harmonisasi antara Islam dan budaya Nusantara.
“Islam di Indonesia kaya akan nilai budaya yang membumi tanpa kehilangan kemurniannya. Kita perlu menjaga bukan hanya ritusnya, tapi juga maknanya,” jelasnya.
Ia menutup pernyataannya dengan tiga ajakan untuk menyambut Tahun Baru Islam 1447 Hijriah: bersyukur atas umur dan kesempatan, berhijrah dari stagnasi menuju kemajuan, serta berkontribusi nyata bagi lingkungan.
“Semoga hijrah kita tahun ini bukan sekadar pergantian waktu, tapi juga peningkatan kualitas hidup,” pungkasnya. (Antara)