Ilustrasi - Warga melihat iklan judi online melalui gawainya di Jakarta. ANTARA FOTO/Aprillio Akbar/rwa/pri
Matamata.com - Psikolog Klinis Universitas Indonesia, Phoebe Ramadina menekankan pentingnya membangun komunikasi yang jujur dan empatik saat mendampingi pasangan yang terjerat praktik judi online.
“Berikan ruang bagi pasangan untuk menjelaskan situasinya, dan sampaikan kekhawatiran Anda dengan terbuka, terutama terkait kondisi finansial dan dampaknya bagi keluarga,” ujar Phoebe kepada ANTARA, Selasa (17/6/2025).
Menurut psikolog dari lembaga Personal Growth ini, wajar jika seseorang merasa marah atau kecewa ketika mengetahui pasangannya terlibat dalam perilaku merugikan seperti judi online. Namun, ia mengingatkan agar emosi tersebut tidak menghalangi komunikasi yang konstruktif.
“Judi online bukan sekadar kebiasaan buruk, melainkan bisa berkembang menjadi kecanduan yang memerlukan penanganan profesional. Karena itu, dukungan pasangan menjadi sangat penting dalam proses pemulihan,” jelasnya.
Meski begitu, Phoebe menggarisbawahi pentingnya menjaga batas sehat agar tidak terjebak dalam dinamika yang merugikan diri sendiri. Ia menyarankan menggunakan pendekatan yang tidak menghakimi, dengan bahasa yang menunjukkan kepedulian alih-alih tuduhan.
“Hal ini penting agar pasangan tidak merasa diserang dan lebih terbuka dalam berdialog,” katanya.
Selain itu, Phoebe mendorong pasangan untuk bersama-sama mencari informasi mengenai dampak buruk judi online serta langkah-langkah penanganannya. Menurutnya, membawa pasangan berkonsultasi dengan psikolog atau konselor profesional merupakan bagian penting dari proses penyembuhan yang lebih terarah.
“Pendekatan yang empatik bisa menjadi pintu awal perubahan ke arah yang lebih sehat,” pungkasnya. (Antara)