(Foto: ist)
Matamata.com - Fenomena viral terbaru di media sosial, yakni tren ‘dediphobia’, kini tengah ramai diperbincangkan publik. Tren ini muncul setelah sejumlah anak, termasuk Rafathar—putra dari pasangan artis ternama Raffi Ahmad dan Nagita Slavina—ikut serta dalam tantangan yang menyita perhatian warganet.
Dalam tren ini, anak-anak ditantang untuk berbicara secara langsung kepada Dedi Mulyadi, seorang tokoh politik dan mantan Bupati Purwakarta yang kerap dikenal dengan karakter tegasnya, terutama ketika menertibkan perilaku warga yang kurang disiplin.
Salah satu video yang menarik perhatian datang dari keluarga Raffi Ahmad. Video tersebut memperlihatkan momen ketika Rafathar mengaku bahwa ibunya, Nagita Slavina, terlalu sering bermain ponsel.
Dalam video, Rafathar dengan polos meminta Dedi Mulyadi untuk ‘mengambil’ Nagita dan membawanya ke barak militer. “Pak Dedi, tolongin aku dong. Mama aku main HP mulu. Bawa ke barak tentara. Nanti aku titip di situ,” ujar Rafathar dengan ekspresi serius di depan kamera.
Tren ‘dediphobia’ sendiri merupakan istilah viral yang merujuk pada ketakutan atau kecanggungan anak-anak ketika berinteraksi dengan figur tegas seperti Dedi Mulyadi. Istilah ini awalnya muncul dari sejumlah konten yang menampilkan anak-anak bicara langsung dengan Dedi Mulyadi—baik secara langsung maupun melalui video.
Ekspresi gugup dan canggung anak-anak ketika berhadapan dengan Dedi menjadi daya tarik tersendiri hingga akhirnya berkembang menjadi tren dan meme di media sosial.
Dedi Mulyadi pun tidak tinggal diam melihat tren ini semakin ramai. Menanggapi video Rafathar dan tren yang berkembang, Dedi memberikan respons yang santai sekaligus bijak.
Ia justru memaknai fenomena ini sebagai bentuk komunikasi yang natural di zaman digital. Dedi menyebut, “Karena lagi viral dediphobia, saya lihat ini sebagai kreativitas anak-anak. Kalau anak-anak takut, ya nggak apa-apa. Itu proses sosial,” ujar Dedi Mulyadi.
Mantan Bupati Purwakarta ini juga memberi tanggapan khusus soal permintaan Rafathar kepada dirinya. Ia menilai bahwa keberadaan gadget memang menjadi tantangan tersendiri dalam kehidupan keluarga masa kini.
Dedi juga menyebutkan, setiap keluarga bisa menjadikan fenomena ini sebagai bahan evaluasi, termasuk untuk dirinya sendiri sebagai seorang ayah.
Baca Juga: Syahrini Kembali Mencuri Perhatian, Tampil Memesona di Karpet Merah Cannes 2025
"Rafathar takut mamanya main HP, saya juga sering diingatkan anak saya supaya jangan sering main HP. Ini sebenarnya mengingatkan kita semua bahwa waktu bersama keluarga sangat berharga," ungkap Dedi.
Menurut Dedi, yang terpenting dalam menyikapi tren seperti ini adalah adanya kesadaran dari orang tua untuk memberikan waktu berkualitas pada anak-anak mereka.
Dedi berharap, kemunculan ‘dediphobia’ bisa menjadi momentum untuk mempererat hubungan keluarga, bukan justru menimbulkan jarak. Ia menyampaikan, “Saya pikir dengan begini, kita semua diingatkan sama anak-anak, bahwa komunikasi di keluarga itu penting dan harus dijaga.”
Tak berhenti di situ, tren ‘dediphobia’ semakin luas mencuri perhatian masyarakat, dengan banyaknya orang tua dan anak yang turut membuat konten serupa. Di media sosial, banyak warganet menanggapi fenomena ini dengan ragam komentar, mulai dari lucu hingga reflektif.
Beberapa mengaku relate, ada juga yang mengingatkan agar fenomena ini tidak sekadar menjadi hiburan, tetapi bisa dimaknai sebagai pengingat pentingnya kedekatan keluarga di tengah derasnya arus digitalisasi.
Dengan demikian, tren ‘dediphobia’ yang viral kali ini menjadi cerminan gaya hidup keluarga masa kini sekaligus memperlihatkan pentingnya menjaga komunikasi harmonis satu sama lain. Respons bijak Dedi Mulyadi atas fenomena tersebut juga menjadi teladan dalam menghadapi perubahan sosial di era media sosial.