Anies Baswedan Sebut Ordal saat Debat Capres-Cawapres, Seberapa Menyebalkan Peran Orang Dalam di Lingkungan Sosial?

Tak hanya itu, fenomena ordal dalam administasi atau layanan publik juga sering dipandang negatif.

Baktora | MataMata.com
Rabu, 13 Desember 2023 | 13:20 WIB
Capres nomor urut 1, Anies Baswedan saat memberikan gagasan pada debat capres-cawapres di Gedung KPU, Jakarta, Rabu (13/12/2023). (Instagram/@cakiminow)

Capres nomor urut 1, Anies Baswedan saat memberikan gagasan pada debat capres-cawapres di Gedung KPU, Jakarta, Rabu (13/12/2023). (Instagram/@cakiminow)

Matamata.com - Capres nomor urut 1, Anies Baswedan sempat membahas fenomena orang dalam atau ordal dalam debat capres-cawapres di Gedung KPU RI, Selasa (13/12/2023) malam WIB. Bagi Anies, peran orang dalam tersebut sangat menyebalkan.

Anies Baswedan sendiri menyebutkan hal tersebut berangkat dari pertanyaannya kepada Prabowo Subianto terhadap hakim MK yang dinyatakan melakukan pelanggaran berat dalam membuat keputusan hingga dibentuk MKMK. Hal itu terjadi setelah muncul polemik batas usia cawapres yang diizinkan maju setelah MK membuat keputusan.

Mantan Gubernur DKI Jakarta ini cukup gelisah dengan fenomena di tengah masyarakat ini. Pasalnya dalam kasus MK tersebut, Ketua MK saat itu, Anwar Usman tidak lain adalah paman Gibran Rakabuming Raka yang memuluskan rencana dia mendampingi Prabowo sebagai cawapres di Pemilu 2024.

Lantas seberapa menyebalkan ordal diterapkan di sejumlah institusi, baik pemerintahan, lembaga ataupun instansi swasta?.

Berbicara ordal atau orang dalam versi Anies Baswedan harus dilihat dari kacamata yang berbeda. Anies sempat mencontohkan sejumlah guru di daerah yang ia temui membutuhkan orang dalam jika ingin diangkat menjadi guru tetap.

"Kalau tidak ada ordal tidak bisa jadi guru, tidak bisa diangkat. Lalu dia melanjutkan 'atasan saya bilang, wong di Jakarta saja pakai ordal, kenapa kita yang di bawah tidak pakai ordal. Negeri ini rusak apabila tatanan itu hilang," kata Anies dikutip Rabu (13/12/2023).

Tentu fenomena orang dalam pada institusi hingga lembaga pemerintahan untuk memuluskan niat sebagian kelompok orang, tak sepenuhnya baik. Fenomena ini tentu harus diperangi.

Kasus yang terjadi di MK hingga berhasil mengubah kebijakan soal batas usia capres-cawapres patut dikritik. Bahkan munculnya MKMK, adalah bentuk ketegasan agar oknum pemulus kebijakan diberi hukuman, meski pada akhirnya kebijakan tersebut belum bisa dianulir.

Tak hanya itu, fenomena ordal dalam administasi atau layanan publik juga sering dipandang negatif. Kedekatan dengan orang instansi pelayanan publik dianggap lebih mudah untuk mengurus hal-hal yang penting.

Sebagian orang tak memungkiri bahwa mengenal ordal memudahkan dirinya untuk menyelesaikan kebutuhan di lokasi pelayanan publik tersebut. Namun apakah orang dalam ini betul-betul buruk dalam sebuah lingkungan sosial?.

Baca Juga: Anies Baswedan Solawatan sambil Angkat Jari saat Bertemu Ribuan Santri, Bagaimana Aturan Kampanye di Pondok Pesantren?

Fenomena orang dalam jika dibahas dari persepektif lain, bisa saja menjadi baik. Contohnya orang dalam di sini adalah koneksi seseorang untuk melamar sebuah pekerjaan. Meski ada yang menyoroti bahwa tidak ada orang dalam, tidak bisa masuk dalam perusahaan, sejatinya kemampuan seseorang dan kapabilitas dalam pekerjaannya nanti harus diselaraskan.

Artinya memiliki koneksi untuk melamar pekerjaan harus diimbangi dengan kualitas diri seseorang untuk bekerja dan beradaptasi di lingkungan perusahan tersebut.

Melansir The Undercover Recruiter mengutip dari Glints, disebutkan bahwa koneksi yang dimiliki seseorang memang dibutuhkan untuk menjalin ikatan antara seseorang dengan orang lain.

Hal itu merupakan salah satu strategi orang termasuk pekerja, dalam menjalin komunikasi dengan koneksi mereka yang dimiliki. Memang tak melulu dalam sebuah pekerjaan, adapun hal lain yang bisa disesuaikan.

Misalnya dalam menjalin kerjasama untuk perusahaan tertentu. Kedekatan dengan koneksi (bukan orang dalam) adalah salah satu strategi yang dibutuhkan untuk mencapai kesepakatan. Barangkali dalam melihat fenomena tersebut perlu kacamata-kacamata berbeda.

Kembali pada fenomena ordal yang dibahas Anies Baswedan, nyaris tidak mungkin hal itu dihilangkan. Cara terbaik adalah menggunakan koneksi yang ada untuk sama-sama memberikan simbiosis mutualisme dengan kualitas diri kita yang mumpuni, dan seminimal mungkin memanfaatkan kemampuan diri.

×
Zoomed
Berita Terkait TERKINI

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menekankan pentingnya melestarikan warisan sejarah para tokoh bangsa, termasuk peran aktif ...

news | 13:06 WIB

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) tengah menelusuri asal-usul tambahan kuota haji khusus yang diperoleh pendakwah sekal...

news | 11:30 WIB

Ketua Komisi XI DPR RI Mukhamad Misbakhun mengingatkan agar rencana Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa menarik Rp200 ...

news | 09:30 WIB

Tentara Nasional Indonesia Angkatan Darat (TNI AD) menurunkan ratusan prajurit untuk membantu proses evakuasi korban ban...

news | 08:15 WIB

Presiden Prabowo Subianto menegaskan komitmennya menjaga supremasi sipil dalam pertemuan dengan Gerakan Nurani Bangsa (G...

news | 07:00 WIB

Wakil Menteri Pertanian (Wamentan) Sudaryono menegaskan bahwa kebocoran gula rafinasi ke pasaran menjadi salah satu fakt...

news | 17:30 WIB

Anggota Komisi III DPR RI Benny K. Harman menyoroti keputusan vonis mati yang pernah dijatuhkan calon hakim agung Kamar ...

news | 16:33 WIB

Presiden Prabowo Subianto berencana membangun 500 Sekolah Rakyat guna memperluas akses pendidikan bagi anak-anak dari ke...

news | 15:15 WIB

Presiden RI Prabowo Subianto meminta publik bersabar terkait pelantikan Menteri Koordinator Bidang Politik dan Keamanan ...

news | 14:15 WIB

Pengamat pertahanan dan keamanan dari Institute for Security and Strategic Studies (ISSES), Khairul Fahmi, menilai pemer...

news | 13:00 WIB
Tampilkan lebih banyak