Sekretaris Perusahaan Pupuk Indonesia Yehezkiel Adiperwira. (ANTARA/Ali Khumaini)
Matamata.com - PT Pupuk Indonesia (Persero) merevitalisasi sejumlah pabrik pupuk berusia tua guna meningkatkan efisiensi produksi dan menekan pemborosan energi.
Sekretaris Perusahaan Pupuk Indonesia, Yehezkiel Adiperwira, mengatakan revitalisasi pabrik tua sejalan dengan semangat efisiensi yang tengah digencarkan pemerintah.
“Terdapat tujuh proyek yang akan digarap hingga 2029, salah satunya revitalisasi pabrik pupuk berusia tua. Tujuannya untuk menekan rasio konsumsi energi agar mendekati standar rata-rata dunia,” kata Yehezkiel saat kunjungan ke Kabupaten Karawang, Jawa Barat, Kamis (7/11).
Menurut dia, standar konsumsi energi dunia berada di kisaran 24 MMBTU (Million British Thermal Units) per ton. Melalui revitalisasi, Pupuk Indonesia menargetkan efisiensi energi di seluruh grup bisa mendekati angka tersebut.
Saat ini, Pupuk Indonesia tengah melaksanakan pembaruan pada pabrik tertua milik PT Pupuk Kalimantan Timur (PKT) serta proyek revitalisasi Pabrik Pusri IIIB yang akan menggantikan Pusri III dan IV. Pabrik lama dinilai sudah tidak efisien dalam penggunaan energi.
Proyek Pusri IIIB dimulai pada Desember 2023 dan ditargetkan rampung dalam 40 bulan, sehingga dapat beroperasi penuh pada 2027.
Menteri Koordinator Bidang Pangan, Zulkifli Hasan, turut mendorong percepatan revitalisasi pabrik tua milik Pupuk Kujang agar lebih efisien dan mampu mendukung target swasembada pangan nasional.
“Pabrik Pupuk Kujang dibangun pada 1975, artinya sudah berusia hampir 50 tahun. Idealnya, umur operasional pabrik hanya 15–20 tahun,” ujar Zulkifli Hasan, atau yang akrab disapa Zulhas, usai meninjau pabrik Pupuk Kujang di Karawang.
Ia mengibaratkan kondisi pabrik tua seperti kendaraan yang usianya sudah terlalu lama. “Kalau diibaratkan, Pupuk Kujang masih menggunakan bus tahun 1975, sedangkan pihak lain sudah memakai bus keluaran 2025. Tentu saja tidak efisien,” ujarnya.
Meski demikian, Zulhas mengapresiasi peran Pupuk Kujang yang tetap berkontribusi terhadap program swasembada pangan. Ia menyampaikan, pemerintah menekankan pentingnya efisiensi produksi agar subsidi pupuk dapat dimanfaatkan secara optimal.
Baca Juga: Dua Akademisi Nilai Soeharto Layak Diberi Gelar Pahlawan Nasional
“Subsidi pupuk tetap sebesar Rp44 triliun. Dengan kebijakan market to market, dana itu bisa digunakan untuk membeli bahan baku. Pupuk Indonesia kini bisa membangun satu pabrik baru tiap tahun, sekaligus memberikan potongan harga subsidi hingga 20 persen,” katanya.
Menurut dia, pembangunan satu pabrik baru membutuhkan investasi sekitar Rp8 triliun. Dengan kebijakan efisiensi tersebut, Pupuk Indonesia diyakini mampu merevitalisasi pabrik-pabrik tua sekaligus membangun fasilitas baru untuk mendukung ketahanan pangan nasional. (Antara)