Wamen Kebudayaan Giring Ganesha (kiri) saat melakukan pertemuan dengan Wakil Menteri Kebudayaan Kerajaan Thailand Ploy Tanikul di Museum Nasional, Jakarta. ANTARA/ (HO-Kementerian Kebudayaan)
Matamata.com - Museum bukan hanya tempat menyimpan artefak sejarah, tapi juga garda terdepan dalam diplomasi budaya Indonesia.
Hal ini ditegaskan Wakil Menteri Kebudayaan Indonesia, Giring Ganesha Djumaryo, saat menerima kunjungan Wakil Menteri Kebudayaan Kerajaan Thailand, Ploy Tanikul, di Museum Nasional Indonesia, Sabtu (19/7).
"Budaya adalah soft power yang dapat memperkuat diplomasi serta membawa nama baik bangsa ke dunia, dan museum mempunyai salah satu fungsi tersebut,” kata Giring dalam keterangan resminya di Jakarta.
Ia juga menyampaikan bahwa kunjungan tersebut merupakan bentuk nyata hubungan erat antara Indonesia dan Thailand yang telah terjalin lebih dari 75 tahun.
“Kehormatan besar bagi kami untuk menerima kehadiran Wakil Menteri Kebudayaan Kerajaan Thailand dan teman-teman penari di Museum Nasional Indonesia. Kunjungan hari ini merupakan bagian dari rangkaian perayaan 75 tahun hubungan diplomatik Thailand dan Indonesia yang menunjukkan persahabatan erat dari kedua negara melalui budaya,” tambahnya.
Senada dengan itu, Ploy Tanikul menekankan pentingnya akar budaya serumpun sebagai jembatan untuk mempererat relasi kedua negara.
“Budaya, sejak dahulu kala, telah menjadi kekuatan besar yang membuka jalan bagi kerja sama serta mendekatkan masyarakat kedua negara,” ujarnya.
Ia juga menilai bahwa sebagai sesama negara Asia Tenggara, Thailand dan Indonesia memiliki warisan budaya yang saling terhubung, yang menjadi pondasi kuat untuk membangun pemahaman serta persahabatan antarbangsa.
Menanggapi hal tersebut, Wamen Giring menambahkan bahwa Indonesia dan Thailand sama-sama menjadikan kebudayaan sebagai inti dari identitas nasional.
“Saya berharap kerja sama budaya kita akan terus berlanjut di masa yang akan datang melalui berbagai macam aktivasi dan kegiatan,” tuturnya.
Baca Juga: Satu Polisi Gugur Saat Amankan Pernikahan Anak Dedi Mulyadi di Garut
Dalam kunjungan tersebut, delegasi Thailand melihat sejumlah ruang pamer penting seperti Paras Nusantara, Sunting: Jejak Perempuan Indonesia Penggerak Perubahan, Melawan Tanpa Gentar, Misykat: Cahaya Peradaban Islam Indonesia, hingga 130 Tahun Pithecanthropus Erectus, serta berbagai peninggalan arca dari masa pra-Islam.
Wamenbud Ploy turut didampingi oleh para penari dari Departemen Seni Rupa Thailand yang sebelumnya tampil dalam perayaan bertajuk Thai-Indonesian Joint Cultural Performances untuk memperingati 75 tahun hubungan diplomatik kedua negara.
Secara historis, hubungan Indonesia dan Thailand telah terjalin sejak abad ke-7 hingga ke-14 melalui interaksi dagang dan kerajaan, seperti dengan Sriwijaya dan Majapahit. Hubungan ini berlanjut hingga kunjungan Raja Siam Chulalongkorn (Rama V) ke Hindia Belanda pada 1871.
Dalam kunjungan tersebut, Raja Chulalongkorn turut menyumbangkan patung gajah berbahan perunggu kepada Bataviaasch Genootschap van Kunsten en Wetenschappen—yang kini menjadi Museum Nasional Indonesia.
Patung gajah itu kini berdiri di depan museum sebagai ikon sekaligus simbol persahabatan abadi antara Indonesia dan Thailand. (Antara)