Uji Publik Penulisan Ulang Buku Sejarah Dimulai 20 Juli, Fadli Zon: Saatnya Kritik Disampaikan Lewat Forum Resmi

Pemerintah akan mulai menggelar uji publik terhadap penulisan ulang buku sejarah nasional pada 20 Juli mendatang. Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan, proses ini akan melibatkan berbagai pihak melalui forum akademik di sejumlah perguruan tinggi.

Elara | MataMata.com
Jum'at, 11 Juli 2025 | 12:00 WIB
Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon saat ditemui awak media di sela-sela diskusi global di Beijing, China pada Jumat (11/7). ANTARA/Maria Rosari

Menteri Kebudayaan Republik Indonesia Fadli Zon saat ditemui awak media di sela-sela diskusi global di Beijing, China pada Jumat (11/7). ANTARA/Maria Rosari

Matamata.com - Pemerintah akan mulai menggelar uji publik terhadap penulisan ulang buku sejarah nasional pada 20 Juli mendatang. Menteri Kebudayaan Fadli Zon mengatakan, proses ini akan melibatkan berbagai pihak melalui forum akademik di sejumlah perguruan tinggi.

“Mulai 20 Juli uji publik dimulai di perguruan-perguruan tinggi melibatkan para pemangku kepentingan yang cukup banyak,” ujar Fadli saat ditemui di sela-sela forum global di Beijing, Tiongkok, Jumat (11/7).

Uji publik ini akan dikemas dalam bentuk seminar dan diskusi terbuka. Menurut Fadli, forum ini bertujuan untuk menjaring masukan, kritik, dan argumentasi dari publik secara langsung terhadap isi draft buku sejarah yang sedang ditulis ulang.

Ia menegaskan bahwa kritik yang selama ini bermunculan di media sosial dinilai masih bersifat asumtif dan belum berdasarkan pada konten konkret dari buku tersebut. "Oleh sebab itu uji publik ini bisa berfungsi untuk memaparkan rancangan atau draft dari tulisan di dalam buku nanti," jelasnya.

Buku sejarah yang tengah direvisi ini ditulis oleh para sejarawan sesuai keahlian masing-masing, dengan proses supervisi dari Komisi X DPR RI.

“(Saat uji publik) DPR nanti pasti diundang. Kalau DPR kan memang tugasnya build in sebagai pengawas. Kami sangat menerima supervisi Komisi,” tambah Fadli.

Sebelumnya, sejumlah anggota Komisi X DPR juga telah melakukan penjaringan aspirasi di tiga kampus: Universitas Andalas (Sumatera Barat), Universitas Diponegoro (Semarang), dan Universitas Hasanuddin (Sulawesi Selatan).

Ketua DPR RI, Puan Maharani, sebelumnya menyatakan bahwa DPR telah membentuk Tim Supervisi khusus untuk memastikan proses penulisan ulang sejarah ini berjalan transparan dan akuntabel. “Kami tidak mau ada pihak yang merasa dirugikan dari proyek ini,” ujar Puan. (Antara)

×
Zoomed
Berita Terkait TERKINI

Anggota Komisi III DPR RI Rudianto Lallo mengapresiasi langkah Kejaksaan Agung (Kejagung) yang berhasil mengembalikan ke...

news | 17:45 WIB

Majelis Ulama Indonesia (MUI) menilai peringatan Hari Santri Nasional ke-10 yang jatuh pada 22 Oktober menjadi kesempata...

news | 16:15 WIB

Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa memastikan pemerintah siap mengalokasikan anggaran untuk pengadaan kendaraan dinas...

news | 14:30 WIB

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menyatakan siap menindaklanjuti laporan dugaan tindak pidana korupsi yang diungkapkan...

news | 13:30 WIB

Kepala Badan Gizi Nasional (BGN) Dadan Hindayana memastikan penyusunan Peraturan Presiden (Perpres) tentang tata kelola ...

news | 12:00 WIB

Presiden Prabowo Subianto menginstruksikan Kementerian Haji dan Umrah untuk menurunkan biaya penyelenggaraan ibadah haji...

news | 11:30 WIB

Presiden Prabowo Subianto mengusulkan agar dana pengganti kerugian negara senilai Rp13 triliun yang berhasil disita dari...

news | 10:15 WIB

Menteri Agama Nasaruddin Umar mengajak para santri dan pesantren di seluruh Indonesia untuk menjadi pelopor transformasi...

news | 09:15 WIB

Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan, Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menegaskan bahwa p...

news | 08:15 WIB

Anggota Komisi V DPR RI, Adian Napitupulu, mendesak agar pembengkakan biaya dalam proyek Kereta Cepat JakartaBandung (Wh...

news | 07:00 WIB