Udara Jakarta Kembali Tidak Sehat, Peringkat Dua Terburuk di Dunia Pagi Ini

Kualitas udara di Ibu Kota kembali memburuk. Berdasarkan data laman pemantau udara IQAir pada Jumat pagi (13/6) pukul 05.42 WIB, Jakarta menempati posisi kedua sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Elara | MataMata.com
Jum'at, 13 Juni 2025 | 08:45 WIB
Ilustrasi - Suasana tugu Monas yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/hp/am

Ilustrasi - Suasana tugu Monas yang tertutup oleh kabut polusi di Jakarta. ANTARA FOTO/Akbar Nugroho Gumay/hp/am

Matamata.com - Kualitas udara di Ibu Kota kembali memburuk. Berdasarkan data laman pemantau udara IQAir pada Jumat pagi (13/6) pukul 05.42 WIB, Jakarta menempati posisi kedua sebagai kota dengan kualitas udara terburuk di dunia.

Indeks Kualitas Udara (Air Quality Index/AQI) Jakarta tercatat di angka 164, dengan konsentrasi partikel halus PM2.5 mencapai 74,3 mikrogram per meter kubik.

Angka tersebut termasuk dalam kategori tidak sehat, khususnya bagi kelompok rentan, dan dapat berdampak negatif terhadap kesehatan manusia, hewan sensitif, serta lingkungan.

Sebagai pembanding, kategori kualitas udara dibagi dalam beberapa tingkat. PM2.5 pada rentang 0–50 dianggap baik dan tidak berdampak terhadap kesehatan maupun lingkungan.

Rentang 51–100 disebut sedang, berpotensi mengganggu tumbuhan sensitif dan mengurangi nilai estetika. Sementara itu, rentang 151–200 dikategorikan tidak sehat bagi kelompok sensitif, dan 200–299 termasuk sangat tidak sehat karena berisiko merugikan banyak segmen masyarakat.

Di atas angka 300, udara diklasifikasikan berbahaya dan dapat menimbulkan dampak kesehatan serius.

Dalam daftar lima besar kota dengan udara terburuk versi IQAir pagi ini, Jakarta berada di bawah Kinshasa, Kongo yang mencatat AQI 194. Disusul oleh Lahore, Pakistan (159), Bagdad, Irak (155), dan Delhi, India (155).

Sebagai upaya pemantauan, Dinas Lingkungan Hidup DKI Jakarta mengoperasikan 31 Stasiun Pemantau Kualitas Udara (SPKU) di berbagai wilayah administrasi.

Seluruh data dari SPKU telah terintegrasi dengan sistem milik BMKG, World Resources Institute (WRI) Indonesia, serta Vital Strategies, dan mengikuti standar pemantauan nasional. (Antara)

Baca Juga: Gubernur Khofifah Serukan Aksi Bersama Hapuskan Pekerja Anak di Jatim

×
Zoomed
Berita Terkait TERKINI

Satuan Tugas Penertiban Kawasan Hutan (Satgas PKH) telah melakukan klarifikasi terhadap 27 perusahaan yang tersebar di P...

news | 18:03 WIB

Sejumlah pejabat tinggi negara meninjau pelaksanaan ibadah Misa Malam Natal di Gereja Katedral, Jakarta Pusat, Rabu (24/...

news | 17:00 WIB

Komisi Pemberantasan Korupsi (KPK) menanggapi isu dugaan keterlibatan anggota DPR RI dalam kasus dugaan suap ijon proyek...

news | 16:00 WIB

Kementerian Agama (Kemenag) secara resmi meluncurkan Program Masjid Ramah Pemudik untuk mendukung kelancaran arus perjal...

news | 15:00 WIB

Presiden Prabowo Subianto menerima laporan terbaru mengenai perkembangan pembangunan "Kampung Haji" bagi jemaah Indonesi...

news | 14:15 WIB

Gubernur DKI Jakarta, Pramono Anung Wibowo, menginstruksikan jajaran Pemerintah Provinsi Jakarta untuk mempercepat prose...

news | 13:00 WIB

PT PLN (Persero) Unit Induk Distribusi Sulawesi Selatan, Sulawesi Tenggara, dan Sulawesi Barat (UID Sulselrabar) berhasi...

news | 12:00 WIB

Anggota Komisi IX DPR RI, Neng Eem Marhamah Zulfa, meminta pemerintah segera mengambil langkah darurat untuk mengatasi s...

news | 09:15 WIB

Gubernur Jawa Barat, Dedi Mulyadi, memastikan Pemerintah Provinsi (Pemprov) Jabar tidak akan menyelenggarakan pesta kemb...

news | 08:15 WIB

Menteri Koordinator Bidang Infrastruktur dan Pembangunan Kewilayahan (Menko IPK), Agus Harimurti Yudhoyono (AHY), menega...

news | 07:00 WIB