Presiden Prabowo Subianto (ketiga kanan) bersiap mengikuti sesi foto dengan (dari kiri) Sekretaris Tetap Kementerian Luar Negeri Myanmar Hau Khan Sum, Wakil Menteri Luar Negeri Vietnam Dang Hoang Giang, Perdana Menteri Singapura Lawrence Wong, Perdana Menteri Thailand Anutin Charnvirakul, Perdana Menteri Timor Leste Xanana Gusmao, Perdana Menteri Malaysia Anwar Ibrahim, Presiden Filipina Ferdinand Marcos Jr., Sultan Brunei Hassanal Bolkiah, Perdana Menteri Kamboja Hun Manet, dan Perdana Menteri Laos Sonexay Siphandone sebelum sesi pleno KTT ke-47 ASEAN di Kuala Lumpur, Malaysia, Minggu (26/10/2025). Dalam rangkaian KTT Ke-47 ASEAN, para pemimpin ASEAN mengukuhkan Timor-Leste sebagai anggota penuh ke-11 ASEAN. ANTARA FOTO/Cahya Sari/app/nz
Matamata.com - Negara-negara anggota ASEAN berencana memperbarui perjanjian perdagangan bebas (FTA) dengan China dengan memasukkan sektor ekonomi digital serta upaya menghapus hambatan non-tarif. Hal ini disampaikan oleh Menteri Investasi, Perdagangan, dan Industri Malaysia, Tengku Zafrul Abdul Aziz, pada Minggu (27/10).
“China, jelas, masih menjadi mitra dagang terbesar bagi ASEAN dan sudah berlangsung selama bertahun-tahun. Namun, perlu dicatat bahwa ASEAN kini juga menjadi mitra dagang terbesar bagi China. Jadi, ini merupakan hubungan dua arah dalam perdagangan,” ujar Tengku kepada awak media.
Ia menekankan pentingnya bagi ASEAN untuk terus memperbarui perjanjian dagang agar tetap relevan di tengah perkembangan ekonomi global. “Ini adalah versi 3.0, yang artinya update ketiga,” tambahnya.
Dalam versi terbaru FTA tersebut, kerja sama akan diperluas mencakup sektor-sektor baru seperti ekonomi digital, keberlanjutan, peningkatan standar, serta perluasan akses pasar bagi usaha mikro, kecil, dan menengah (UMKM) ke China.
Selain itu, Tengku menyebutkan bahwa ASEAN dan China juga tengah mempertimbangkan langkah-langkah untuk menghapus sebagian hambatan non-tarif dalam perdagangan. Penjelasan lebih rinci mengenai pembaruan ini akan diumumkan pada Senin.
Menurut Tengku, pembaruan FTA ini diharapkan dapat membantu perusahaan-perusahaan dari kedua pihak memperkuat kerja sama dan memperluas peluang ekonomi di kawasan. (Antara)