Rahasia Bangunan Peninggalan Belanda Kokoh Berdiri hingga 100 Tahun Lebih di Indonesia Dibongkar Sosok Ini

Bangunan peninggalan masa Kolonial Belanda mampu bertahan hingga 100 tahun.

Riki Chandra | MataMata.com
Kamis, 14 Desember 2023 | 19:49 WIB
Rumah Belanda 1891 Cilenggang yang berada di Jalan Cilenggang III RT 12 RW 4 Kelurahan Cilenggang, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel) hingga kini masih kokoh berdiri. [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

Rumah Belanda 1891 Cilenggang yang berada di Jalan Cilenggang III RT 12 RW 4 Kelurahan Cilenggang, Serpong, Tangerang Selatan (Tangsel) hingga kini masih kokoh berdiri. [SuaraJakarta.id/Wivy Hikmatullah]

Matamata.com - Bangunan peninggalan masa Kolonial Belanda mampu bertahan hingga 100 tahun. Salah satu penyebabnya adalah karena pembangunannya mempertimbangkan banyak hal, seperti material dan suhu di Indonesia.

Hal itu dinyatakan oleh penggiat pelestarian, Anneke Prasyanti. "Kenapa bangunan Belanda bertahan lebih dari 100 tahun? Karena mereka riset dulu, material yang ada apa, suhunya bagaimana, bagaimana mengatasi suhu panas, hujan," katanya, Kamis (14/12/2023).

Anneke yang pernah menempuh pendidikan arsitektur di Institut Teknologi Bandung (ITB) itu mengatakan, pemerintah Kolonial datang ke Indonesia dengan membawa insinyur untuk pembangunan seperti jembatan, rel kereta api dan bangunan-bangunan sembari mempertimbangkan konteks Indonesia.

"Meskipun mereka menjajah, mereka kasih alokasi anggaran yang tepat, material yang tepat, dengan durasi waktu yang tepat, makanya bangunan tidak roboh dalam waktu lima tahun. Konteksnya di situ," katanya.

Kendati berpegang pada pemahaman seperti itu, Anneke tak menampik dirinya mendapat cemoohan dari orang-orang saat berusaha merevitalisasi bangunan-bangunan bersejarah peninggalan Belanda karena dianggap melestarikan kolonoliasme.

"Bukan kolonialismenya yang kita lestarikan, melestarikan ilmunya karena ilmu bangunan yang dibangun oleh insinyur Belanda itu mempertimbangkan iklim Indonesia sehingga timbul yang namanya arsitektur kolonialisme di Indonesia," jelas dia.

Anneke berpendapat pemerintah pada saat itu itu sudah mempertimbangkan konsep bangunan hijau atau green building.

"Berapa banyak arsitek atau kontraktor Indonesia hari ini yang tahu kondisi iklim Indonesia ketika membangun," karanya. (Antara)

×
Zoomed
TERKINI

Kementerian Kelautan dan Perikanan (KKP) mencatat produksi garam nasional pada tahun 2025 mencapai sekitar 1 juta ton. J...

news | 17:11 WIB

Wakil Ketua DPR RI, Sufmi Dasco Ahmad, menyatakan bahwa percepatan pemulihan pasca-bencana banjir dan tanah longsor di P...

news | 16:15 WIB

Perdana Menteri Malaysia, Anwar Ibrahim, memberikan respons terkait pertemuan antara Presiden Amerika Serikat Donald Tru...

news | 15:30 WIB

Wakil Ketua Umum I PSSI, Zainudin Amali, mengungkapkan bahwa seluruh proses pemilihan pelatih baru tim nasional Indonesi...

news | 13:30 WIB

Menteri Sekretaris Negara (Mensesneg) sekaligus Juru Bicara Presiden, Prasetyo Hadi, menyatakan pemerintah tengah melaku...

news | 12:30 WIB

Pemerintah menetapkan target pengadaan Cadangan Beras Pemerintah (CBP) sebesar 4 juta ton untuk tahun 2026. Langkah ini ...

news | 11:15 WIB

Fase penjualan tiket melalui sistem undian acak (Random Selection Draw) untuk Piala Dunia 2026 berhasil memecahkan rekor...

news | 10:00 WIB

Kementerian Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) memastikan pengelolaan Wilayah Kerja Panas Bumi (WKP) Baturaden yang t...

news | 09:00 WIB

Menteri Agama Nasaruddin Umar menyatakan bahwa perayaan Natal dan Tahun Baru kali ini menjadi momentum penting untuk mem...

news | 08:15 WIB

Sekretaris Jenderal DPP Partai Kebangkitan Bangsa (PKB), Hasanuddin Wahid, memberikan klarifikasi terkait pertemuan empa...

news | 07:00 WIB