Siapa Gustika Jusuf Hatta? Cucu Proklamator yang Berani Kritik Penguasa di HUT RI ke-80

Profil Gustika Jusuf Hatta, cucu Bung Hatta yang dikenal cerdas, kritis, dan vokal menyuarakan isu HAM. Simak perjalanan hidup dan kiprahnya di dunia internasional.

Yohanes Endra | MataMata.com
Senin, 18 Agustus 2025 | 11:14 WIB
Profil Gustika Jusuf Hatta, Cucu Bung Hatta yang Lantang Suarakan HAM di Indonesia. (Instagram/gustikajusuf)

Profil Gustika Jusuf Hatta, Cucu Bung Hatta yang Lantang Suarakan HAM di Indonesia. (Instagram/gustikajusuf)

Matamata.com - Nama Gustika Fardani Jusuf atau lebih dikenal dengan Gustika Jusuf Hatta kembali menjadi sorotan publik.

Cucu Wakil Presiden pertama RI, Mohammad Hatta ini bukan hanya dikenal karena garis keturunannya, melainkan juga sikap kritisnya terhadap isu kemanusiaan dan politik di Indonesia.

Terbaru, penampilannya di Istana Negara saat perayaan HUT RI ke-80 pada 17 Agustus 2025 sukses mencuri perhatian.

Dengan kebaya hitam dan batik slobog yang sarat makna duka, Gustika menyampaikan pesan tegas mengenai kondisi hak asasi manusia di tanah air.

Meski penampilannya di Istana Negara belakangan jadi perbincangan, Gustika sejatinya sudah lama dikenal sebagai sosok intelektual muda dengan kiprah internasional.

Latar belakang pendidikannya yang mentereng hingga keterlibatannya di berbagai forum PBB menjadikan cucu Bung Hatta ini bukan sekadar pewaris nama besar keluarga, tetapi juga pribadi yang konsisten menyuarakan isu-isu kemanusiaan.

Untuk lebih mengenalnya, berikut profil lengkap Gustika Jusuf Hatta.

Profil Gustika Jusuf Hatta, Cucu Bung Hatta yang Lantang Suarakan HAM di Indonesia. (Instagram/gustikajusuf)
Profil Gustika Jusuf Hatta, Cucu Bung Hatta yang Lantang Suarakan HAM di Indonesia. (Instagram/gustikajusuf)

Latar Belakang Keluarga

Nama lengkapnya Gustika Fardani Jusuf, lahir pada 19 Januari 1994. Ia merupakan putri dari pasangan Halida Nuriah Hatta dan Gary Rachman Jusuf. Sang ibu, Halida, adalah anak ketiga dari pasangan Mohammad Hatta, wakil presiden pertama sekaligus proklamator Indonesia, dan Rahmi Hatta.

Dengan garis keturunan tersebut, Gustika tumbuh dengan warisan sejarah yang kuat. Namun, ia tidak hanya dikenal sebagai cucu Bung Hatta, melainkan juga sebagai sosok muda yang aktif, berpendidikan tinggi, serta kritis terhadap isu-isu kemanusiaan dan politik di Indonesia.

Baca Juga: Sri Mulyani: Pemerintah Jadikan Gejolak AS Acuan Asumsi Kurs Rupiah di RAPBN 2026

Pendidikan dan Minat Akademik

Pada 2015, Gustika melanjutkan studi di King’s College London dengan fokus pada bidang War Studies (Studi Perang). Ia berhasil meraih gelar Bachelor of Arts (B.A.). Sebelumnya, ia sempat menempuh pendidikan di Institut d’Etudes Politiques de Lyon di Prancis selama satu tahun.

Tak hanya itu, Gustika juga mengikuti program singkat di Universitas Oxford dan Sotheby’s Institute of Art. Minat akademiknya cukup luas, mulai dari perlindungan warisan budaya dalam konflik bersenjata, peran perempuan dalam aksi militer, pemeliharaan perdamaian, hingga isu-isu strategis di Asia Tenggara dan Pasifik.

Selain bidang studi perang, Gustika juga tertarik pada subkultur dan dekolonisasi, menjadikannya figur intelektual yang memadukan sejarah, politik, dan budaya dalam perspektifnya.

Kiprah Internasional

Sejak muda, Gustika aktif dalam forum-forum internasional. Pada 2012, ia menjadi delegasi muda Indonesia di ajang United Nations Framework Convention on Climate Change (UNFCCC) COP 18/CMP 8 di Doha, Qatar.

Setahun kemudian, ia dipercaya sebagai perwakilan pemuda Indonesia dalam forum UNESCO Youth Forum ke-8 pada 2013. Gustika juga sempat bergabung sebagai intern Delegasi Indonesia di Konferensi Umum UNESCO ke-37.

Selain itu, ia pernah menjalani magang di misi Indonesia untuk Perserikatan Bangsa-Bangsa (PBB), sekaligus terlibat dalam berbagai forum pemuda yang membahas isu perempuan dan HAM.

Pada 2016, Gustika menjadi anggota Dewan Pengawas Remaja Indonesia (YOI) serta aktif sebagai mentor di Persatuan Pembina Indonesia Perserikatan Bangsa-Bangsa (IUNIA). Semua kiprahnya tersebut menegaskan reputasi Gustika sebagai figur muda yang tak hanya akademis, tetapi juga punya jaringan global.

Isu Terbaru: Penampilan Kritis di HUT RI ke-80

Nama Gustika Jusuf Hatta kembali mencuri perhatian publik saat menghadiri perayaan Hari Ulang Tahun Kemerdekaan RI ke-80 di Istana Negara pada 17 Agustus 2025.

Berbeda dari tamu undangan lainnya, Gustika memilih tampil mengenakan kebaya hitam yang dipadukan dengan batik slobog, kain tradisional Jawa yang identik dengan suasana duka dan upacara kematian.

Dalam unggahan di akun Instagramnya, Gustika menjelaskan makna dari busana tersebut.

"Walau bukan Kamisan, pagi ini aku memilih kebaya hitam yang sengaja kupadukan dengan batik slobog untuk memperingati 80 tahun kemerdekaan Republik Indonesia," tulis Gustika (17/8/2025).

Profil Gustika Jusuf Hatta, Cucu Bung Hatta yang Lantang Suarakan HAM di Indonesia. (Instagram/gustikajusuf)
Profil Gustika Jusuf Hatta, Cucu Bung Hatta yang Lantang Suarakan HAM di Indonesia. (Instagram/gustikajusuf)

Ia menegaskan bahwa pilihan busananya merupakan ekspresi syukur sekaligus bentuk keprihatinan terhadap kondisi bangsa, khususnya masalah Hak Asasi Manusia (HAM).

"Bahkan kini kita dipimpin oleh seorang Presiden penculik dan penjahat HAM, dengan Wakil anak haram konstitusi," tegasnya.

Gustika juga menyuarakan kritik terhadap semakin besarnya campur tangan militer di ruang sipil serta upaya penguasa menghapus catatan sejarah kelam. Ia bahkan menyinggung tragedi di Pati yang baru saja merenggut nyawa warga sipil akibat tindakan aparat.

"Jujur tidak sampai hati merayakan hari kemerdekaan Indonesia ke-80 tanpa rasa iba, dengan peristiwa-peristiwa yang mengkhianati nilai kemanusiaan yang datang bertubi-tubi. Seperti kekerasan aparat yang baru saja mengorbankan jiwa di Pati minggu ini," ungkap Gustika.

Meski begitu, cucu Bung Hatta ini menegaskan dirinya tidak pernah kehilangan harapan terhadap Indonesia.

"Bagiku, berkabung bukan berarti menutup mata. Berkabung adalah jeda untuk jujur menatap sejarah, memelihara ingatan, dan menagih hak rakyat dan janji-janji konstitusi kepada Republik Indonesia," jelasnya.

"Merayakan adalah memanjatkan doa dan harapan, sebagaimana makna kain slobog itu sendiri, yang mengingatkan pada batas antara yang pergi dan yang tinggal. yang dimaknai sebagai doa akan keselamatan dalam "peralihan"."

×
Zoomed
Berita Terkait TERKINI

Menteri Usaha Mikro, Kecil, dan Menengah (UMKM) Maman Abdurrahman memastikan kementeriannya akan melakukan inspeksi mend...

news | 08:00 WIB

Menteri Kebudayaan Fadli Zon menyampaikan apresiasi atas capaian dua film asal Indonesia yang berhasil membawa pulang pe...

news | 07:00 WIB

Pemerintah memastikan penambahan kuota LPG bersubsidi 3 kilogram untuk kebutuhan Natal 2025 dan Tahun Baru 2026 (Nataru)...

news | 06:00 WIB

Kementerian Luar Negeri (Kemlu) RI menegaskan bahwa posisi Indonesia sebagai negara dengan kehidupan toleran dan harmoni...

news | 16:45 WIB

Badan Legislasi (Baleg) DPR RI mengusulkan Rancangan Undang-Undang (RUU) Penyadapan agar dimasukkan ke dalam Program Leg...

news | 15:00 WIB

Wakil Presiden RI, Gibran Rakabuming Raka, meminta agar peta jalan Program Lapor Mas Wapres (LMW) terus dimaksimalkan da...

news | 14:15 WIB

Anggota Komisi II DPR RI Muhammad Khozin menilai fatwa Majelis Ulama Indonesia (MUI) terkait penghapusan pajak berulang,...

news | 13:30 WIB

Menteri Energi dan Sumber Daya Mineral (ESDM) Bahlil Lahadalia melaporkan perkembangan percepatan energi baru terbarukan...

news | 11:00 WIB

Rencana penggabungan tujuh Badan Usaha Milik Negara (BUMN) Karya dipastikan tidak akan terealisasi tahun ini. Badan Peng...

news | 10:00 WIB

Pemerintah membuka peluang penerapan bea keluar untuk ekspor batu bara mulai 2026. Menteri Keuangan Purbaya Yudhi Sadewa...

news | 09:07 WIB