Bukan Sekadar Nostalgia: Ini 3 Alasan Setting Film 'Rangga & Cinta' Tetap di Tahun 2000-an

Film ini memilih tetap berada di era 2000-an untuk merayakan cinta yang tumbuh di tengah reformasi, surat-surat, dan keheningan tanpa notifikasi.

Yohanes Endra | Rosiana Chozanah | MataMata.com
Rabu, 08 Oktober 2025 | 09:24 WIB
Rangga dan Cinta. [Instagram/filmranggacinta]

Rangga dan Cinta. [Instagram/filmranggacinta]

Matamata.com - Setelah lebih dari dua dekade sejak 'Ada Apa Dengan Cinta?' pertama kali menyentuh hati penonton Indonesia, kisah 'Rangga dan Cinta' kembali hadir dalam layar lebar lewat film terbaru yang dinanti-nanti.

Namun, satu keputusan kreatif yang menarik perhatian publik adalah pilihan untuk tetap mempertahankan latar waktu di era awal 2000-an, alih-alih memindahkannya ke masa kini yang serba digital.

Di tengah ekspektasi penonton muda yang tumbuh bersama teknologi, media sosial, dan komunikasi instan, keputusan ini menimbulkan pertanyaan, mengapa tidak menyesuaikan cerita dengan zaman sekarang?

Kreator di balik layar, produser Mira Lesmana dan sutradara Riri Riza, pun menjawab pertanyaan tersebut dalam wawancara eksklusif pada Minggu (6/10/2025) di XXI Jogja City Mall, Yogyakarta.

Mereka mengungkap alasan artistik, historis, dan emosional di balik keputusan tersebut, yang ternyata jauh lebih dalam dari sekadar nostalgia.

Produser, sutradara dan cast film Rangga & Cinta (Rosiana/Suara.com)
Produser, sutradara dan cast film Rangga & Cinta (Rosiana/Suara.com)

 

- Identitas Waktu yang Tak Terpisahkan

Mira Lesmana menegaskan bahwa sejak tahap pengembangan, tim kreatif sudah sepakat untuk tetap menempatkan kisah film 'Rangga & Cinta' dalam konteks waktu yang sama seperti versi aslinya.

"Kalo dari development-nya sendiri, sejak awal kita memang meresep kisah Ada Apa Dengan Cinta itu identik dengan waktu, 2002, 2001 kalau dalam film ya, tapi kita merilisnya di tahun 2002, itu identik," ungkap Mira Lesmana.

"Sebuah masa yang memang menarik sekali untuk kita gambarkan dan saya, Mas Riri dan Mas Nicholas Saputra ketika duduk bersama tim yang lainnya juga sejak awal itu memang sudah kita yakini harus kita set di masa tersebut," sambungnya.

Baca Juga: Rangga & Cinta: Nostalgia AADC yang Menyulut Refleksi Zaman

Keputusan tersebut bukan sekadar nostalgia, tetapi juga refleksi terhadap masa transisi sosial dan budaya Indonesia pasca-reformasi.

Tahun 2000-an dianggap sebagai periode yang penuh euforia, namun masih menyisakan bayang-bayang represi dari era sebelumnya.

"Selain untuk kita mereflect kembali masa-masa itu, kita hari ini juga bisa merasakan apakah masih ada, bukan secara look-nya tetapi secara kepribadian atau culturally gitu apakah masih relevan gitu hari ini," ujarnya.

"Itu menarik untuk kita tengok lagi hari ini, ada di mana kita hari ini dan seperti apa remaja-remajanya (pada masa itu)," lanjutya.

- Romantisme yang Tak Bisa Digantikan Teknologi

Salah satu alasan paling menarik adalah bagaimana teknologi modern bisa mengubah dinamika cerita.

Mira Lesmana menyebutkan bahwa jika kisah Rangga & Cinta dibuat di era sekarang, banyak momen ikonik akan kehilangan ketegangannya.

"Dan yang pasti kalau dibuatnya hari ini, gampang banget buat Cinta ngejar ke airport, tinggal telepon. Maksudnya itu sesuatu yang sangat menarik untuk dilihat oleh remaja hari ini, bagaimana proses pertemanan atau interaksi di masa itu, cukup berbeda, dengan hari ini," ujar Mira Lesmana lembut.

Dengan mempertahankan setting awal 2000-an, film ini tidak hanya mengajak penonton bernostalgia, tetapi juga mengajak generasi muda untuk memahami bagaimana cinta, komunikasi, dan pencarian jati diri berlangsung di era yang lebih analog.

Meski latar waktu menjadi elemen penting, Mira juga menegaskan bahwa esensi cerita cinta remaja tetap relevan lintas generasi.

- Fungsi Sejarah dalam Cerita Cinta

Riri Riza menambahkan bahwa latar waktu bukan hanya elemen visual, tetapi juga bagian dari narasi yang memperkuat karakter dan konflik dalam film.

Tokoh Rangga dan ayahnya, misalnya, merepresentasikan dinamika sosial-politik yang khas dari masa transisi tersebut.

"Mungkin yang Mira maksud dengan menggambarkan waktu, reformasi, kalau di lihat di ceritanya kan ada cerita tokoh Rangga dan ayahnya yang bisa, mungkin bisa dirasakan. Dan itu tidak bisa dilepaskan dari cerita Ada Apa Dengan Cinta," imbuh Riri Riza.

Bagi para pemain muda yang terlibat dalam produksi, latar waktu ini juga menjadi sarana pembelajaran sejarah yang hidup dan menyentuh. Tidak hanya bagi penonton, tetapi juga untuk para pemain.

"Sebenarnya buat teman-teman pemain juga, karena buat kita semua ini, ini pengalaman untuk belajar sejarah dan juga belajar tentang bagaimana film itu bisa menceritakan sebuah masa dengan jelas," pungkasnya

Dengan pendekatan di atas, Rangga & Cinta bukan hanya sekadar sekuel atau spin-off, tetapi sebuah karya yang merayakan masa dengan tetap menyentuh hati siapa pun yang pernah merasakan cinta pertama.

×
Zoomed
Berita Terkait TERKINI

LAKON Indonesia mengangkat kekayaan warisan tenun dari Nusa Tenggara Barat....

seleb | 13:53 WIB

Profil lengkap Rachquel Nesia, aktris cantik yang baru menikah dengan Kevin Royano. Simak perjalanan karier, biodata, da...

seleb | 11:43 WIB

Penting untuk merencanakan perjalanan ke USJ Osaka secara cermat agar pengalaman liburan tetap nyaman dan menyenangkan....

seleb | 13:03 WIB

Gagasan untuk menyorot detail tubuh Reza Rahadian berasal dari sang videografer, Davy Linggar....

seleb | 14:06 WIB

GJLS: Ibuku Ibu-Ibu adalah film yang menyegarkan dan beda dari komedi kebanyakan....

seleb | 16:15 WIB

Luna Maya memilih memakai adat Yogyakarta....

seleb | 21:27 WIB

Richard Lee transfer uang Rp 10 juta ke Aldy Maldini....

seleb | 19:38 WIB

Keanu Angelo bertransformasi jadi Wawan di film Mendadak Dangdut....

seleb | 14:01 WIB

Aktris dan presenter ternama, Luna Maya, kembali mencuri perhatian publik dengan kejujurannya seputar perjalanan asmaran...

seleb | 10:15 WIB

Momen ulang tahun aktris Natasha Rizky yang jatuh pada awal Mei 2025 menjadi sorotan publik setelah mantan suami sekalig...

seleb | 08:39 WIB