Rangga dan Cinta. [Instagram/filmranggacinta]
Matamata.com - Setelah lebih dari dua dekade sejak 'Ada Apa Dengan Cinta?' pertama kali menyentuh hati penonton Indonesia, kisah 'Rangga dan Cinta' kembali hadir dalam layar lebar lewat film terbaru yang dinanti-nanti.
Namun, satu keputusan kreatif yang menarik perhatian publik adalah pilihan untuk tetap mempertahankan latar waktu di era awal 2000-an, alih-alih memindahkannya ke masa kini yang serba digital.
Di tengah ekspektasi penonton muda yang tumbuh bersama teknologi, media sosial, dan komunikasi instan, keputusan ini menimbulkan pertanyaan, mengapa tidak menyesuaikan cerita dengan zaman sekarang?
Kreator di balik layar, produser Mira Lesmana dan sutradara Riri Riza, pun menjawab pertanyaan tersebut dalam wawancara eksklusif pada Minggu (6/10/2025) di XXI Jogja City Mall, Yogyakarta.
Mereka mengungkap alasan artistik, historis, dan emosional di balik keputusan tersebut, yang ternyata jauh lebih dalam dari sekadar nostalgia.
- Identitas Waktu yang Tak Terpisahkan
Mira Lesmana menegaskan bahwa sejak tahap pengembangan, tim kreatif sudah sepakat untuk tetap menempatkan kisah film 'Rangga & Cinta' dalam konteks waktu yang sama seperti versi aslinya.
"Kalo dari development-nya sendiri, sejak awal kita memang meresep kisah Ada Apa Dengan Cinta itu identik dengan waktu, 2002, 2001 kalau dalam film ya, tapi kita merilisnya di tahun 2002, itu identik," ungkap Mira Lesmana.
"Sebuah masa yang memang menarik sekali untuk kita gambarkan dan saya, Mas Riri dan Mas Nicholas Saputra ketika duduk bersama tim yang lainnya juga sejak awal itu memang sudah kita yakini harus kita set di masa tersebut," sambungnya.
Baca Juga: Rangga & Cinta: Nostalgia AADC yang Menyulut Refleksi Zaman
Keputusan tersebut bukan sekadar nostalgia, tetapi juga refleksi terhadap masa transisi sosial dan budaya Indonesia pasca-reformasi.
Tahun 2000-an dianggap sebagai periode yang penuh euforia, namun masih menyisakan bayang-bayang represi dari era sebelumnya.
"Selain untuk kita mereflect kembali masa-masa itu, kita hari ini juga bisa merasakan apakah masih ada, bukan secara look-nya tetapi secara kepribadian atau culturally gitu apakah masih relevan gitu hari ini," ujarnya.
"Itu menarik untuk kita tengok lagi hari ini, ada di mana kita hari ini dan seperti apa remaja-remajanya (pada masa itu)," lanjutya.
- Romantisme yang Tak Bisa Digantikan Teknologi
Salah satu alasan paling menarik adalah bagaimana teknologi modern bisa mengubah dinamika cerita.
Mira Lesmana menyebutkan bahwa jika kisah Rangga & Cinta dibuat di era sekarang, banyak momen ikonik akan kehilangan ketegangannya.
"Dan yang pasti kalau dibuatnya hari ini, gampang banget buat Cinta ngejar ke airport, tinggal telepon. Maksudnya itu sesuatu yang sangat menarik untuk dilihat oleh remaja hari ini, bagaimana proses pertemanan atau interaksi di masa itu, cukup berbeda, dengan hari ini," ujar Mira Lesmana lembut.
Dengan mempertahankan setting awal 2000-an, film ini tidak hanya mengajak penonton bernostalgia, tetapi juga mengajak generasi muda untuk memahami bagaimana cinta, komunikasi, dan pencarian jati diri berlangsung di era yang lebih analog.
Meski latar waktu menjadi elemen penting, Mira juga menegaskan bahwa esensi cerita cinta remaja tetap relevan lintas generasi.
- Fungsi Sejarah dalam Cerita Cinta
Riri Riza menambahkan bahwa latar waktu bukan hanya elemen visual, tetapi juga bagian dari narasi yang memperkuat karakter dan konflik dalam film.
Tokoh Rangga dan ayahnya, misalnya, merepresentasikan dinamika sosial-politik yang khas dari masa transisi tersebut.
"Mungkin yang Mira maksud dengan menggambarkan waktu, reformasi, kalau di lihat di ceritanya kan ada cerita tokoh Rangga dan ayahnya yang bisa, mungkin bisa dirasakan. Dan itu tidak bisa dilepaskan dari cerita Ada Apa Dengan Cinta," imbuh Riri Riza.
Bagi para pemain muda yang terlibat dalam produksi, latar waktu ini juga menjadi sarana pembelajaran sejarah yang hidup dan menyentuh. Tidak hanya bagi penonton, tetapi juga untuk para pemain.
"Sebenarnya buat teman-teman pemain juga, karena buat kita semua ini, ini pengalaman untuk belajar sejarah dan juga belajar tentang bagaimana film itu bisa menceritakan sebuah masa dengan jelas," pungkasnya
Dengan pendekatan di atas, Rangga & Cinta bukan hanya sekadar sekuel atau spin-off, tetapi sebuah karya yang merayakan masa dengan tetap menyentuh hati siapa pun yang pernah merasakan cinta pertama.