Biennale Jogja 2025 Usung Tema "KAWRUH: Tanah Lelaku", Tantang Makna Baru dalam Berkumpul

Melalui pendekatan ini, Biennale tidak hanya ingin menjadi ruang representasi, tapi juga ruang berdialog.

Yohanes Endra | MataMata.com
Rabu, 09 Juli 2025 | 19:06 WIB
Biennale Jogja 2025 Usung Tema

Biennale Jogja 2025 Usung Tema "KAWRUH: Tanah Lelaku", Tantang Makna Baru dalam Berkumpul. [Matamata]

Matamata.com - Biennale Jogja 2025, atau Biennale Jogja ke-18, siap digelar pada 19 sampai 24 September 2025 dengan mengangkat tema reflektif bertajuk "KAWRUH: Tanah Lelaku".

Ajang dua tahunan ini menjadi bagian penting dari lintasan konseptual "Translokalitas dan Transhistorisitas" dalam Seri Khatulistiwa (Equator) Putaran Kedua—meneruskan semangat yang sudah diusung sejak edisi sebelumnya, "Titen", pada 2023.

Lebih dari 50 seniman dari berbagai penjuru Indonesia, termasuk kreator dari wilayah sekitar, bakal unjuk karya dan gagasan dalam perhelatan ini. Namun Biennale Jogja 18 bukan sekadar ruang pamer.

Ia adalah ruang laku, ruang temu, dan ruang tanya: apa yang sebenarnya kita cari dalam berkumpul?

Biennale Jogja 2025 Usung Tema "KAWRUH: Tanah Lelaku", Tantang Makna Baru dalam Berkumpul. [Matamata]
Biennale Jogja 2025 Usung Tema "KAWRUH: Tanah Lelaku", Tantang Makna Baru dalam Berkumpul. [Matamata]

 

Dua Babak Perhelatan, Satu Napas Perjumpaan

Perhelatan Biennale kali ini dibagi menjadi dua babak. Babak pertama berlangsung bersama warga di Desa Karangsewu, tepatnya Padukuhan Boro, Kulon Progo. Sementara babak kedua menjangkau Kota Yogyakarta dan dua desa di Bantul, yakni Bangunjiwo dan Panggungharjo.

Lebih dari sekadar berpindah lokasi, dua babak ini mencerminkan cara Biennale membaca medan sosial budaya: berpijak dari pinggiran, lalu bergerak ke pusat. Dari desa, menuju kota—membuka ruang laku yang transformatif.

Biennale Jogja 2025 Usung Tema "KAWRUH: Tanah Lelaku", Tantang Makna Baru dalam Berkumpul. [Matamata]
Biennale Jogja 2025 Usung Tema "KAWRUH: Tanah Lelaku", Tantang Makna Baru dalam Berkumpul. [Matamata]

 

Bukan Lagi Sekadar Titik Kumpul

Baca Juga: Andrew Hidayat Yakin IPO COIN Tingkatkan Transparansi, Minta Publik Beri Kesempatan

Di tengah ritme hidup modern yang tak mengenal jeda, kumpul—dalam arti yang sebenar-benarnya—menjadi barang langka. “Setelah kerja, masih adakah ruang untuk duduk bersama?” tanya narasumber Biennale kali ini. Apalagi jika hasilnya tak sebanding dengan lelah yang dibayar.

Keluarga lebih sering memilih kafe sebagai titik temu. Orang-orang di desa tak lagi rutin berkumpul di balai dusun. Bahkan dana desa yang semestinya menghidupkan interaksi, justru dinilai melemahkan jejaring sosial.

Biennale Jogja 2025 hadir untuk tidak hanya mempertanyakan, tapi juga mengusulkan: mungkin kita tak butuh titik kumpul. Mungkin yang kita perlukan adalah titik kebutuhan—sebuah kehadiran yang mendengarkan, bukan hanya menghimpun.

Biennale Jogja 2025 Usung Tema "KAWRUH: Tanah Lelaku", Tantang Makna Baru dalam Berkumpul. [Matamata]
Biennale Jogja 2025 Usung Tema "KAWRUH: Tanah Lelaku", Tantang Makna Baru dalam Berkumpul. [Matamata]

 

Program Pendukung: Dialog, Tur, Pertunjukan

Selain pameran utama, Biennale Jogja 18 juga menghadirkan berbagai program pendukung. Mulai dari tur kuratorial, pertemuan dengan para seniman, hingga pertunjukan dan aktivitas interaktif yang membuka ruang perjumpaan lintas wacana dan generasi.

Melalui pendekatan ini, Biennale tidak hanya ingin menjadi ruang representasi, tapi juga ruang berdialog. Tempat di mana seni hadir bukan untuk menjawab, melainkan untuk bertanya ulang: bagaimana kita hidup bersama hari ini?

×
Zoomed
Berita Terkait TERKINI

Mengelola pengeluaran saat bermain game mobile dapat menjadi tantangan, tetapi dengan strategi yang tepat, Anda dapat me...

life | 13:27 WIB

Film Yakin Nikah berputar pada perjalanan romansa Niken yang dihadapi pilihan antara si pacar: Arya atau si mantan: Gerr...

life | 13:04 WIB

Jika webseries-nya terasa dekat dan personal, versi filmnya akan terasa lebih megah dan sinematik....

life | 11:38 WIB

Film kolaborasi PFN, Rekam Films, dan LGW Singapura ini ajak penonton menyusuri 1.859 km perjalanan menuju pelaminan...

life | 19:32 WIB

Kangen film romantis yang ringan, visualnya manis, dan chemistry-nya bikin hati hangat? Yakin Nikah adalah jawabannya!...

life | 13:37 WIB

Riri Riza menegaskan bahwa film ini bukan sekadar hiburan, melainkan juga cerminan zaman yang penuh gejolak....

life | 20:59 WIB

Patgulipat bercerita tentang keraguan dan kebimbangan hati ketika dihadapkan pada dua pilihan cinta namun tidak mampu me...

life | 16:47 WIB

Lima hotel berikut merupakan pilihan terbaik bagi Anda yang ingin menikmati liburan di Singapura dengan pengalaman mengi...

life | 18:07 WIB

39 kuda raih posisi podium, menangkan total hadiah Rp425 juta....

life | 13:34 WIB

Baskara Putra mengajak penonton mengirim doa untuk Palestina ketika akan membawakan lagu "Berita Kehilangan"....

life | 22:04 WIB