Dari Identitas hingga Realita Sosial: MAXstream Studios Hadirkan Film Pendek Terbaik Program Secinta Itu Sama Indonesia

Terpilih tiga film pendek yang dianggap paling menonjol dari sisi kekuatan cerita, penyutradaraan, dan relevansi tematik terhadap semangat Secinta Itu Sama Indonesia.

Yohanes Endra | MataMata.com
Senin, 01 Desember 2025 | 13:16 WIB
MAXstream Studios Hadirkan Secinta Itu Sama Indonesia. (ANTARA)

MAXstream Studios Hadirkan Secinta Itu Sama Indonesia. (ANTARA)

Matamata.com - Telkomsel melalui MAXstream Studios kembali menghadirkan ruang berkarya bagi para pembuat film muda Indonesia lewat program Secinta Itu Sama Indonesia (SISI). Program ini menjadi lanjutan dari inisiatif tahun sebelumnya, Secinta Itu Sama Sinema (SISS), yang sukses membuka kesempatan bagi sineas muda untuk mengekspresikan gagasan kreatif mereka dan menunjukkan potensi terbaik di dunia perfilman.

Menurut Anto M. C. Sihombing, General Manager Digital Content Creation and Community Telkomsel, SISI dirancang bukan hanya sebagai kompetisi, tetapi sebagai gerakan ekosistem kreatif yang mendorong generasi baru sineas Indonesia untuk bercerita tentang Indonesia dengan cara yang autentik, relevan, dan dekat dengan kehidupan sehari-hari.

Program SISI dibuka sejak 18 Agustus hingga 10 September 2025, dengan proses kurasi bersama sutradara Aco Tenriyagelli sebagai juri utama. Dari berbagai karya yang masuk, terpilih tiga film pendek yang dianggap paling menonjol dari sisi kekuatan cerita, penyutradaraan, dan relevansi tematik terhadap semangat “Secinta Itu Sama Indonesia”.

Berikut tiga film terpilih dari program SISI:

1. Yuck & Yum!

Karya Sutradara: Kurnia Alexander

Film ini menyoroti kompleksitas identitas, etika, dan representasi melalui kisah Ayu, seorang pelayan asal Jawa yang menjadi subjek film promosi mengenai tragedi kebakaran di restoran asing tempatnya dahulu bekerja. Di hadapan produser yang menginginkan sensasi, pacar yang meragukan etika keputusannya, serta Susan—aktris Indo-Belanda yang memerankan dirinya dengan “empati” versi layar—Ayu berjuang mempertahankan citra diri yang beradab di tengah tekanan yang semakin meningkat.

Kurnia Alexander, sang sutradara, sejak kecil sudah bermimpi bekerja di dunia film berkat kebiasaan menyewa VCD tiap minggu. Film-filmnya telah melanglang buana di festival internasional, seperti Jogja-NETPAC Asian Film Festival, Short Shorts Film Festival & Asia, hingga The Bangalore Queer Film Festival. Melalui karyanya, Kurnia konsisten mengangkat perjuangan komunitas queer dan kelompok marjinal lain, dengan fokus pada sisi kemanusiaan mereka.

2. A Sanctuary For Nobody (Hanya Ada Kedamaian di Balik Jendela Rumahku)

Sutradara: Ayesha Alma Almera

Baca Juga: Dokter Kecantikan Reza Gladys Dirikan Yayasan dan Bagikan Sembako di Cianjur

Film ini mengisahkan Dunya, seorang pria penghuni kontrakan sederhana yang hanya ingin terlepas dari bau pesing yang muncul tiap kali lomba burung digelar di kampungnya. Upayanya menciptakan “makam palsu” sebagai penangkal justru memicu rangkaian kejadian absurd: dari sesajen yang terus berdatangan, keyakinan warga bahwa tempat itu suci, hingga tumbuhnya ekonomi lokal dan munculnya destinasi wisata religi baru yang tak pernah ia bayangkan.

Ayesha Alma Almera, lahir dan besar di Yogyakarta, merupakan salah satu sutradara muda dengan rekam jejak festival yang mengesankan. Ia menempuh berbagai program penyutradaraan di Indonesia, Korea Selatan, dan Singapura. Film terbarunya, Suintrah, tayang di Busan International Film Festival 2024, masuk program “Light of Asia” JAFF, dan memenangkan Best Live Action Short Film FFI 2024, selain meraih penghargaan internasional lainnya pada 2025.

3. The Lost Forest

Sutradara: Mizam Fadilah Ananda

Film ini mengikuti perjalanan Uli, seorang anak goa karst Kalimantan yang dibesarkan dengan tradisi pra-sejarah. Ketika dilepas ke hutan untuk membuktikan dongeng leluhur, ia justru menemukan jejak manusia modern yang mengguncang keyakinannya. Uli harus memilih antara mempercayai mitos yang membentuk identitas sukunya atau menerima kenyataan baru yang dapat mengubah hidupnya selamanya.

Mizam Fadilah Ananda telah aktif di industri film sejak pertengahan 2010-an. Ia memulai karier sebagai pencatat adegan dan asisten sutradara dalam berbagai produksi ternama, antara lain Pertaruhan (2017), Love for Sale (2018), hingga Nanti Kita Cerita Tentang Hari Ini (2020). Setelah menjadi Asisten Sutradara 1 di film-film besar seperti Mencuri Raden Saleh (2022), Mizam memulai debut penyutradaraan layar lebarnya melalui film horor Tumbal Kanjeng Iblis (2022).

Mendorong Generasi Baru Sineas Indonesia

Program Secinta Itu Sama Indonesia bukan hanya mempresentasikan karya-karya terpilih, tetapi juga menunjukkan keberagaman cara bercerita tentang Indonesia. Dari isu representasi dan identitas, fenomena sosial yang absurd, hingga mitologi lokal, ketiga film ini menggambarkan Indonesia dari perspektif yang unik dan berani.

Melalui SISI, MAXstream Studios dan Telkomsel terus berkomitmen menciptakan ruang bagi sineas muda untuk tumbuh, bereksperimen, dan menghadirkan suara-suara baru bagi industri perfilman tanah air.

×
Zoomed
Berita Terkait TERKINI

Massive Music mengarahkan fokusnya pada efisiensi yang didorong oleh teknologi dan data....

life | 12:06 WIB

Cari HP game terbaik untuk pengalaman main yang lancar dan seru? Temukan HP game terbaik dengan performa tangguh hingga ...

life | 14:43 WIB

Samsara menjadi film dengan nominasi terbanyak dan memimpin dengan tiga nominasi....

life | 17:24 WIB

Cherrypop kembali membawa semangat eksplorasi dengan merilis total 20 jajaran musisi/band terkurasi yang akan mengisi pa...

life | 17:11 WIB

Youth Economics Summit (YES) 2025, digelar oleh Suara.com dan CORE Indonesia, mengusung tema The New Economy Generation:...

life | 16:17 WIB

Bagi Naura, Lampu Jalan bukan hanya lagu, tapi juga surat cinta untuk diri sendiri....

life | 10:10 WIB

Pelaksanaan ARTJOG tiga tahun ke depan mengusung tema besar Ars Longa yang berarti Seni itu Panjang....

life | 10:40 WIB

Sampai Titik Terakhirmu merangkum sebuah warisan cinta yang begitu dekat dengan kehidupan banyak orang....

life | 15:51 WIB

Skala penyelenggaraan juga diperluas demi mengakomodasi antusiasme penonton yang semakin besar....

life | 21:23 WIB

Opera Jawa akan diputar dalam format orisinalnya, yaitu rol seluloid 35mm....

life | 21:15 WIB